Arjuna
Arjuna
adalah putra dari Pandu Dewanata raja besar Hastinapura dengan Ibu Kunti putra
raja Mandura. Adik dari Yudhistira dan Bima ini memang secara lahiriah dikenal
berparas ganteng hampir tanpa cacat. Paras ganteng inilah yang membuat banyak
wanita gila (eh maksudnya tergila-gila) ingin menjadi istrinya atau paling
tidak dapat anak darinya tanpa perlu dinikah. Julukan “play boy”
melekat pada Arjuna karena para dalang yang memainkan dalam
pergelaran wayang kulit memang sering menampilkan lakon carangan (lakon di luar
skenario) yang menunjukkan Arjuna tukang kawin, dimana ada
wanita cantik atau seksi ala selebritis biasanya terus dikawin. Padahal dalam
kehidupan sesungguhnya setiap pernikahan yang dilakukan Arjuna pasti
mempunyai tujuan tertentu sesuai kehendak Tuhan (tapi bukan nikah seperti para
artis atau ahli agama yang berpoligami atas nama takdir Tuhan lho). Pernikahan Arjuna sebenarnya
hanya beberapa kali saja dan lebih banyak dilakukan karena da hubungan dengan
penyelamatan kerajaan dan kelauarga besar atau memang mempersiapkan keturunan
berkelas tinggi dalam ketakwaan. Salah satu keturunannya yang kelak menjadi
raja besar Hastinapura adalah cucunya Parikesit, anak dari Abimanyu. Barangkali
sorotan publik dengan memberikan julukan “play boy” bagi Arjuna merupakan
sebuah kutukan dari sebuah kesalahan yang pernah diperbuatnya di masa lalu.
Rasa sakit yang tentu sangat dirasakan dalam hati Arjuna hingga kehidupan hari
ini. Perjuangan Arjuna merilis beban cetakan yang sudah
tertanam sejak lahir dirinya sebagai wadah yang ganteng memang sangat berat.
Beban cetakan yang dibawanya sebagai perkara “inherent” (gawan bayi) berupa
rajah ketampanan sempat membuat Arjuna terpeleset dalam
permainan dunia dengan menanggapi para penggemar wanitanya dengan berbagai laku
kurang baik. Hobinya bertapa sebenarnya bertujuan pula untuk merilis
beban itu meski tidak belum hilang seluruhnya. Sayang kita jarang mau
belajar dari kisahArjuna, sehingga paras ganteng dan cantik malah
dikomersiilkan untuk kepentingan ekonomi dan kemegahan diri. Sebuah kondisi
yang sangat kontradiktif dengan yang dilakukan Arjuna, dimana
ketampanan dirinya bukan dianggap sebagai anugerah tetapi beban hidup yang
sangat berat yang harus dia hilangkan, karena ternyata mudharatnya lebih besar
dibanding manfaatnya.
Arjuna memegang
peran penting dalam peperangan besar Baratayudha melawan Kurawa. Keahlian Arjunadalam
memanah (membidik perkara secara tepat) diperoleh dari gurunya Resi Durna yang
ternyata memberikan kontribusi besar dalam kemenangan Pandawa atas Kurawa.
Kemampuan membuat strategi perang bersama Sri Kresna merupakan kunci kemenangan
Pandawa atas Kurawa dimana jumlah prajurit dari kedua belah pihak sebenarnya
tidak seimbang. Tetapi strategi jitu Sri Kresna dan Arjuna membuat
Pandawa memperoleh kemenangan gemilang dalam perang saudara itu, meski Arjuna harus
rela kehilangan anak kesayangan Abimanyu dan semua adik-adiknya. Perang
tandingnya dengan Karna (saudara tuanya anak Kunti dengan Batara Surya) penuh
dengan nilai kepahlawanan, kesetiaan, dan keagungan hati dari kedua satria ini.
Karna adalah kunci kekalahan Kurawa, karena setelah dia mati maka Kurawa
tinggal menunggu kekalahan saja.
Hobi Arjuna adalah bertapa,
yaitu menyepikan diri dari dunia ramai agar lebih khusyuk dalam menghadap
Tuhan. Pertapaan Arjuna biasanya dilakukan saat Pandawa
menghadapi masalah besar dan tidak mampu diselesaikan oleh saudara-saudaranya.
Dengan semakin banyak bertapa maka Arjuna menjadi semakin
dekat dengan Tuhan dengan diberikan berbagai anugerah yang oleh para dalang
digambarkan dalam bentuk pusaka, ajian dan asesoris sakti lainnya. Salah satu
anugerah yang diperoleh adalah mendapat jodoh seorang wanita berkelas bidadari
(Dewi Dresanala) yang kemudian melahirkan seorang anak ajaib yang berperan
besar dalam kemenangan Pandawa yaitu Wisanggeni.
Pada masa akhir hidupnya setelah perang
Baratayudha berakhir, Arjuna memang sangat bersedih karena
kehilangan seluruh anaknya. Pada masa tua Arjuna (juga
saudara-saudaranya yang lain) harus menebus kesalahan atas banyaknya korban
jiwa yang mati dalam peperangan besar Baratayudha. Setelah mereka menebus
dengan berbagai penderitaan barulah kehendak Tuhan diberlakukan agar mereka
kembali ke alam ruh untuk menunggu kelahiran berikutnya guna menyempurnakan
hidup mereka, termasuk Arjuna.
0 komentar:
Posting Komentar