Diet Coke

Sabtu, 06 April 2013

Tugas 7. Tokoh wayang favorit

Prev                                                                                     Next

Arjuna


Arjuna   adalah putra dari Pandu Dewanata raja besar Hastinapura dengan Ibu Kunti putra raja Mandura. Adik dari Yudhistira dan Bima ini memang secara lahiriah dikenal berparas ganteng hampir tanpa cacat. Paras ganteng inilah yang membuat banyak wanita gila (eh maksudnya tergila-gila) ingin menjadi istrinya atau paling tidak dapat anak darinya  tanpa perlu dinikah. Julukan “play boy” melekat pada Arjuna karena para dalang yang memainkan dalam pergelaran wayang kulit memang sering menampilkan lakon carangan (lakon di luar skenario) yang menunjukkan Arjuna tukang kawin, dimana ada wanita cantik atau seksi ala selebritis biasanya terus dikawin. Padahal dalam kehidupan  sesungguhnya setiap pernikahan yang dilakukan Arjuna pasti mempunyai tujuan tertentu sesuai kehendak Tuhan (tapi bukan nikah seperti para artis atau ahli agama yang berpoligami atas nama takdir Tuhan lho). Pernikahan Arjuna sebenarnya hanya beberapa kali saja dan lebih banyak dilakukan karena da hubungan dengan penyelamatan kerajaan dan kelauarga besar atau memang mempersiapkan keturunan berkelas tinggi dalam ketakwaan. Salah satu keturunannya yang kelak menjadi raja besar Hastinapura adalah cucunya Parikesit, anak dari Abimanyu. Barangkali sorotan publik dengan memberikan julukan “play boy” bagi Arjuna merupakan sebuah kutukan dari sebuah kesalahan yang pernah diperbuatnya di masa lalu. Rasa sakit yang tentu sangat dirasakan dalam hati Arjuna hingga kehidupan hari ini. Perjuangan Arjuna merilis beban cetakan yang sudah tertanam sejak lahir dirinya sebagai wadah yang ganteng memang sangat berat. Beban cetakan yang dibawanya sebagai perkara “inherent” (gawan bayi) berupa rajah ketampanan sempat membuat Arjuna terpeleset dalam permainan dunia dengan menanggapi para penggemar wanitanya dengan berbagai laku kurang baik. Hobinya bertapa sebenarnya bertujuan pula untuk  merilis beban itu meski tidak belum hilang seluruhnya.  Sayang kita jarang mau belajar dari kisahArjuna, sehingga paras ganteng dan cantik malah dikomersiilkan untuk kepentingan ekonomi dan kemegahan diri. Sebuah kondisi yang sangat kontradiktif dengan yang dilakukan Arjuna, dimana ketampanan dirinya bukan dianggap sebagai anugerah tetapi beban hidup yang sangat berat yang harus dia hilangkan, karena ternyata mudharatnya lebih besar dibanding manfaatnya.



Arjuna memegang peran penting dalam peperangan besar Baratayudha melawan Kurawa. Keahlian Arjunadalam memanah (membidik perkara secara tepat) diperoleh dari gurunya Resi Durna yang ternyata memberikan kontribusi besar dalam kemenangan Pandawa atas Kurawa. Kemampuan membuat strategi perang bersama Sri Kresna merupakan kunci kemenangan Pandawa atas Kurawa dimana jumlah prajurit dari kedua belah pihak sebenarnya tidak seimbang. Tetapi strategi jitu Sri Kresna dan Arjuna membuat Pandawa memperoleh kemenangan gemilang dalam perang saudara itu, meski Arjuna harus rela kehilangan anak kesayangan Abimanyu dan semua adik-adiknya.  Perang tandingnya dengan Karna (saudara tuanya anak Kunti dengan Batara Surya) penuh dengan nilai kepahlawanan, kesetiaan, dan keagungan hati dari kedua satria ini. Karna adalah kunci kekalahan Kurawa, karena setelah dia mati maka Kurawa tinggal menunggu kekalahan saja.


Hobi Arjuna adalah bertapa, yaitu menyepikan diri dari dunia ramai agar lebih khusyuk dalam menghadap Tuhan. Pertapaan Arjuna biasanya dilakukan saat Pandawa menghadapi masalah besar dan tidak mampu diselesaikan oleh saudara-saudaranya. Dengan semakin banyak bertapa maka Arjuna menjadi semakin dekat dengan Tuhan dengan diberikan berbagai anugerah yang oleh para dalang digambarkan dalam bentuk pusaka, ajian dan asesoris sakti lainnya. Salah satu anugerah yang diperoleh adalah mendapat jodoh seorang wanita berkelas bidadari (Dewi Dresanala) yang kemudian melahirkan seorang anak ajaib yang berperan besar dalam kemenangan Pandawa yaitu Wisanggeni.
Pada masa akhir hidupnya setelah perang Baratayudha berakhir, Arjuna memang sangat bersedih karena kehilangan seluruh anaknya. Pada masa tua Arjuna (juga saudara-saudaranya yang lain) harus menebus kesalahan atas banyaknya korban jiwa yang mati dalam peperangan besar Baratayudha. Setelah mereka menebus dengan berbagai penderitaan barulah kehendak Tuhan diberlakukan agar mereka kembali ke alam ruh untuk menunggu kelahiran berikutnya guna menyempurnakan hidup mereka, termasuk Arjuna.


0 komentar:

Posting Komentar